PENGERTIAN
ARSITEKTUR BIOKLEMATIK
Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang
mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan
hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitanyan iklim
daerah tersebut. Pada akhirnya bentuk arsitektur yang dihasilkan juga
dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini akan berpengaruh pada ekspresi
arsitektur yang akan ditampilakan dari suatu bangunan, selain itu pendekatan
bioklimtaik akan mengurangi ketergantungan karya arsitektur terhadap sumber –
sumber energi yang tidak dapat dipengaruhi.
PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR BIOKLEMATIK
Perkembangan
Arsitektur Bioklimatik berawal dari 1960-an. Arsitektur Bioklimatik merupakan
arsitektur modern yang dipengaruhi oleh iklim. Arsitektur bioklimatik merupakan
pencermian kembali arsitektur Frank Loyd Wright yang terkenal dengan arsitektur
yang berhubungan dengan alam dan lingkungan dengan prinsip utamanya bahwa
didalam seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi
juga ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan yang
sesuai dengan bangunannya
Unik, Menara ini Dibangun dari
Jamur!
JAKARTA – Jika selama ini bangunan kerap
menggunakan batu bata dari tanah liat yang dibakar, baru-baru ini seorang
arsitek bernama David Benjamin menguji coba penerapan batu bata terbuat dari
jamur untuk sebuah bangunan.
Seperti
dilansir dari inhabitat.com,
dikabarkan latar belakang David membuat bangunan berbahan batu bata jamur
adalah untuk mengetahui seberapa kuat dan besar pengaruh sistem Biotektur
terhadap lingkungan sekitar. Jenis jamur yang digunakan sebagai material utama
batu bata adalah akar miselium. Menurut David akar-akar jamur miselium memiliki
kelebihan antara lain, kuat, tahan lama, dan tahan air.
Tidak
hanya itu, menurut David batu bata yang terbuat dari unsur tanaman atau hasil
pertanian khususnya miselium, batang jagung, rami dinilai mampu tumbuh menjadi
benda padat, dengan rentan waktu sekitar lima hari tanpa energi tambahan.
Batu
bata yang terbuat dari jenis jamur miselium (inhabitat.com)
Uniknya
lagi, tanaman-tanaman tersebut dapat dikomposkan pada akhir pemasangan.
Sehingga, mudah diperbaharui kembali. Saat ditanya apakah ada kesulitan dalam
pemasangan, David menjawab tidak begitu sulit, hanya saja diperlukan keseriusan
saat mengubah variabel seperti rasio bahan dan waktu tumbuh bangunan. “Target
kami membangun gedung ini sekitar tiga bulan, sehingga kami harus berpikir
bagaimana agar batu bata tetap mudah untuk menyesuaikan bahan untuk struktur
permanen. Untuk itu kami mensiasatinya menggunakan sensor digital dan
actuator,” ujar David. Menurut David, batu bata yang terbuat dari jamur dapat
memberikan suasana sejuk, sehingga dapat mengurangi siklus karbon yang
dihasilkan oleh CO2.
Jadi,
dapat dibayangkan, bagi siapapun yang ada di dalam bangunan tersebut, akan
merasa dingin dan dapat mendukung pola hidup sehat. David juga menambahkan,
sistem biologis memiliki sifat yang menakjubkan seperti adaptasi, proses alami
yang baik, serta regenerasi. Jadi, diharapkan semua bangunan modern, bisa secara
radikal dapat mengubah cara hidup manusia. Bangunan yang diuji cobakan ini
merupakan sebuah museum yang diberi nama Hy-Fi Tower yang berlokasi di New
York, Amerika Serikat.
Tampilan fasad bangunan, terlihat seperti berongga. (inhabitat.com)
Bangunan ini tidak memiliki ruang yang banyak. Melainkan hanya dibangun tinggi menjualang. Batu bata disusun penuh di sekeliling bangunan. Berbeda dengan bangunan-bangunan pada umumnya, dimana batu bata dipasang sangat rekat dan dilakukan furnish menggunakan cat, tetapi Hy-Fi Tower didesain dengan sedikit berongga atau seluruh batu bata tidak disusu rekat.
Sumber
: http://www.rumah.com/berita-properti/2016/9/134681/batu-bata-dari-jamur-sebagai-bahan-bangunan
PENGARUH ARSITEKTUR BIOKLEMATIK PADA MENARA HY-FI
Jamur yang kerap digunakan utk bahan makanan, rupanya
bisa dijadikan material batu bata utk bangunan. Jika selama ini bangunan kerap
menggunakan batu bata dari tanah liat yang dibakar, baru-baru ini seorang
arsitek bernama David Benjamin menguji coba penerapan batu bata yang terbuat
dari jamur utk sebuah bangunan. David ingin tahu seberapa kuat batu bata yang
terbuat dari jamur tersebut dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Uniknya, batu bata
ini tak dibuat melainkan ditumbuhkan. Campuran batang jagung, rami, dan jamur miselium,
yang memiliki akar yang kuat, dimasukkan ke dalam sebuah cetakan.
Dalam
lima hari, cetakan tersebut menjadi padat & siap digunakan. Miselium ngga
cuma kuat, tapi juga tahan lama & tahan air. Karena bahannya yang organik,
batu bata ini bisa diubah menjadi kompos saat tak lagi diperlukan. David juga
menjelaskan bahwa pemasangan batu bata ini tak begitu sulit. Menara yang dibuat
David diprediksi bisa bertahan selama tiga bulan, tetapi tak menutup
kemungkinan bahan ini digunakan utk bangunan permanen. “Tetapi seharusnya
takkan sulit untuk menjadikan material ini bisa digunakan untuk bangunan
permanen. Tinggal mengubah variabelnya, sepeti rasio bahan baku, waktu
penumbuhan,” Hy-Fi hanya bangunan yang dibentuk
untuk menguji coba batu bata dari jamur ini, sehingga di dalamnya tidak terdapat
ruangan-ruangan. Melainkan hanya dibangun tinggi menjualang. Batu bata
disusun penuh di sekeliling bangunan. Berbeda dengan bangunan-bangunan pada
umumnya, dimana batu bata dipasang sangat rekat dan dilakukan furnish
menggunakan cat, tetapi Hy-Fi Tower didesain dengan sedikit berongga atau
seluruh batu bata tidak disusu rekat. Proyek
pembangunan gedung ini diklaim mampu mengurangi emisi karbon mendekati
nol," kata David, seperti yang dikutip dari Dezeen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar