Senin, 11 April 2022

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR NUSANTARA (Arsitektur Minangkabau)

MINANGKABAU 


1. SEJARAH 
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda yang dikenal di dalamtambo. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama Minangkabau, yang berasal dari ucapan "Manang kabau" (artinya menang kerbau) 

2. GEOGRAFIS 
terletak antara 0,45 LU dan 3,30 LS serta antara 98,36 dan 101,53 BT. Daerah ini diapit oleh Samudera Indonesia serta empat provinsi lain, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Bengkulu. Minang merupakan daerah rawan gempa. Hal ini disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia, sehingga wilayah ini sering mengalami gempa bumi. Gempa bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di Sumatera Barat yaitu gempa bumi 30 September 2009 dan gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010. 


3. IKLIM 
Sumatera Barat beriklim tropis cenderung panas. Padang, ibukota Sumatera Barat adalah kota yang sangat panas berhubung lokasinya di tepi pantai. Kontur permukaan Sumatera Barat memang berbukit dan bergunung-gunung. suhu di Sumatera Barat bisa sangat panas karena terletak di tepi pantai, bisa juga sangat dingin dengan ketinggian hampir mencapai 3000 meter dpl. Ini artinya, anda harus jaga diri dan waspada terhadap perubahan suhu yang sangat ekstrem.  

4. BAHASA 
Bahasa Minangkabau termasuk salah satu anak cabang rumpun bahasa Austronesia. Pengaruh bahasa lain yang diserap ke dalam bahasa Minang umumnya dari Sanskerta, Arab, Tamil, dan Persia. Kemudian kosakata Sanskerta dan Tamil yang dijumpai pada beberapa prasasti di Minangkabau telah ditulis menggunakan bermacam aksara di antaranya Dewanagari, Pallawa, danKawi


SOSIAL BUDAYA
MATRILINEAL 
Matrilineal merupakan Adat dan budaya yang menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Garis keturunan dirujuk kepada ibu yang dikenal dengan Samande (se-ibu), sedangkan ayah mereka disebut oleh masyarakat dengan nama Sumando (ipar) dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga. 



PERKAWINAN 
Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, mempunyai beberapa tahapan yang umum dilakukan. Dimulai 
  1.  Maminang (meminang) 
  2. Manantuan hari (menentukan hari pernikahan) 
  3. Marapulai (menjemput pengantin pria) 
  4. Basandiang (bersanding di pelaminan) 
  5. Mempelai pria akan diberikan gelar baru sebagai panggilan penganti nama kecilnya Kemudian masyarakat sekitar akan memanggilnya dengan gelar baru tersebut


PROSES PEMBUATAN RUMAH GADANG 
  1. Tiang utama Rumah Gadang yang disebut tonggak tuo yang berjumlah empat buah/batang diambil dari hutan secaragotong royong oleh anak nagari 
  2. Pohon Juha yang sudah tua & lurus diameter 40-60 m (terkenal keras & tidak bisa dimakan rayap) 
  3. direndam dulu di kolam milik kaum atau keluarga besar selama bertahun-tahun. 
  4. mambangkik batang tarandam (membangkitkan pohon yang direndam), 
  5. mendirikan tonggak tuo atau tiang utama sebanyak empat buah, yang dipandang sebagai menegakkan kebesaran. 
  6. Perendaman batang pohon yang akan dijadikantonggak tuo selama bertahun-tahun tersebut merupakan salah satu kunci yang membuat Rumah Gadang tradisional mampu bertahan hingga ratusan tahun melintasi zaman.
  


7. ARSITEKTUR MINANGKABAU


Arsitektur Minangkabau merupakan seni arsitektur khas Nusantara, yang wilayahnya merupakan kawasan rawan gempa. Sehingga banyak rumah-rumah tradisionalnya yang berbentuk panggung, menggunakan kayu dan pasak, serta tiang penyangga yang diletakkan di atas batu tertanam. Namun ada beberapa kekhasan arsitektur Minangkabau yang tak dapat dijumpai di wilayah lain, seperti atap bergonjong. Model ini digunakan sebagai bentuk atap rumah, balai pertemuan, dan kini juga digunakan sebagai bentuk atap kantor-kantor di seluruh Sumatera Barat. Bentuk gonjong diyakini berasal dari bentuk tanduk kerbau, yang sekaligus merupakan ciri khas etnik Minangkabau.

TIPOLOGI

Rumah Gadang adalah rumah tradisional dari suku minangkabau. Menurut bentuknya, rumah adat ini disebut rumah gonjong atau rumah bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang. Jika menurut ukurannya, tergantung pada jumlah lanjarnya ( ruas dari depan ke belakang ). Sedangkan ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang. Rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan). 

Umumnya lipek pandan memakai dua gonjong. Rumah yang berlanjar tiga disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong empat. Sedangkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah terbenam). Biasanya gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih. 

Fungsi Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar