Jumat, 02 November 2018

KRITIK DESKRIPTIF MASJID RAYA SUMATRA BARAT


KRITIK ARSITEKTUR
KRITIK DESKRIPTIF MASJID RAYA SUMATRA BARAT

Kritik Arsitektur Deskriptif
Kritik Arsitektur Deskriptif bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan atau semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada. Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan tertentu.
Dibandingkan metode kritik yang lain metode kritik deskriptif tampak lebih nyata (faktual) deskriptif mencatatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.
Kritik Arsitektur Deskriptif terdiri dari 3 metode yaitu :
1.        Kritik Depiktif / Depictive Criticism (Gambaran Bangunan)
2.        Kritik Biografis / Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
3.        Kritik Kontekstual / Contextual Critism (Peristiwa)

Kritik Arsitektur Deskriptif Masjid Raya Sumatra Barat

1.        Kritik Depiktif / Depictive Criticism (Gambaran Bangunan)
Kritik depiktif tidak dapat disebut kritik sepenuhnya karena tidakmenggunakan pernyataan baik atau buruk. Kritik ini fokus pada bagian bentuk, material, serta texture. Kritik depiktif pada sebuah bangunan jarang digunakan karena tidak menciptakan sesuatu yang kontroversial dan dikarenakan cara membawakan verbal mengenai fenomena fisik jarang provocative atau seductive untuk menahan keinginan pembaca untuk tetap memperhatikan. Fotografi paling sering digunakan ketika ketelitian dalam penggambaran bahan bangunan diinginkan.
2.        Kritik Biografis / Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
Masjid raya sumatra barat juga dikenal dengan “masjid mahligai minang” masjid ini masjid terbesar di sumatra barat, terletak menghadap jalan khatib sulaiman, kecamatan padang utara, kota padang. Masjid ini sejak awal tahun 2012 dijadikan pusat kegiatan keagamaan oleh pemerintah provinsi.

Nama bangunan          : Masjid Raya Sumatra Barat
Lokasi                         : Kota padang, Sumatra Barat
Arsitek                                    : Rizal Muslimin
Luas tanah                   : 40.343 m²
Luas bangunan            : 4.430 m²
Daya tampung             : 5000-6000 orang
Arsitektur masjid ini memakai rancangan yang dikerjakan oleh arsitek rizal muslimin, pemenang sayembara desain yang diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai negara pada tahun 2007. Kosntruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi geografis sumatra barat yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar. Menurut rancangan, kompleks bangunan akan dilengkapi pelataran, taman, menara, ruang serbaguna, fasilitas komersial, dan bangunan pendukung untuk kegiatan pendidikan.
Masjid raya sumatra barat menampilkan arsitektur modern yan tak identik dengan kubah. Atap bangunan menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu hajar aswad. Ketika empat kabilah suku quraisy di mekkah berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu hajar aswad ke tempat semula setelah renovasi kabah, Nabi Muhammad SAW memutuskan meletakkan batu hajar aswad di atas selembar kain sehingga dapat diusung bersama oleh perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang masing-masing sudut kain. Ruang utama dignakan untuk sholat, dilantai dua adalah ruang lepas. Lantai dua dengan elevasi tujuh meter dapat diakses langsung melalui ramp, teras terbuka yang melandai ke jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi, lantai dua diperkirakan dapat menampung 5000-6000 jemaah. Lantai dua ditopang oleh 631 tiang pancang dengan pondasi poer berdiamter 1,7 meter pada kedalaman 7,7 meter. Dengan kondisi topografi yang masih dalam kedaaan rawa, kedalaman setiap pondasi tidak dipatok karena menyesuaikan titik jenuh tanah-tanah. Adapun lantai tiga berupa mezanin berbentuk leter U memiliki luas 1.832 meter persegi. Konstruksi rangka atap menggunakan pipa baja. Gaya vertikal beban atap didistribusikan oleh empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan dua balok beton lengkung yang mempertemukan kolom beton  miring secara diagonal. Setiap kolom miring ditancapkan kedalam tanah dengan kedalaman 21 meter, memiliki pondasi tiang bor sebanyak 24 titik dengan diameter 80 centimeter. Pekerjaan kolom miring melewati 13 tahap pengecoran selama 108 hari dengan memperhatikan titik koordinat yang tepat.


3.        Kritik Kontekstual / Contextual Critism (Peristiwa)

Kompleks masjid raya sumatra barat menempati area seluas 40,343 m² di perempatan jalan khatib sulaiman dan jalan ahmad dahlan. Bangunan utama yakni masjid terdiri dari 3 lantai dengan denah seluas 4,430 m². Perletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan dilakukan pada 21 desember 2007 oleh gubernur sumatra barat gamawan fauzi. Sampai tahun 2012, pengerjaan pembangunan masjid telah melewati 4 tahap. Tahap pertama untuk menyelusaikan struktur bangunan menghabiskan waktu dua tahun sejak dimulai pada awal tahun 2008. Tahap kedua dilanjutkan dengan pengerjaan ruang salat dan tempat wudu pada tahun 2010. Tahap ketiga selama tahun berikutnya meliputi pemasangan keramik lantai dan eksterior masjid. Tiga tahap pertama berjalan dengan mengandalkan akomondasi APBD Sumatra Barat sebesar Rp 103,871 miliar, Rp 15,288 miliar, dan 31 miliar. Memasuki tahap keempat yang dimulai pada pertengahan 2012, pengerjaan menggunakan kontrak tahun jamak. Tahap keempat mengandalkan anggaran sebesar Rp 25,5 miliar untuk menyelesaikan ramp, teras yang melandai ke jalan. Pekerjaan pun sempat terhenti selama tahun 2013 karena ketiadaan anggran dari provinsi. Terkait keterbatasan pendanaan, alokasi APBD Sumatera Barat untuk pembangunan masjid semula direncanakan hanya sebagai dana stimulan. Pada awalnya, panitia pembangunan yang diketuai oleh marlis rahman sempat menghimpun sumbangan masyarakat untuk membantu pembangunan masjid disamping melakukan kerja sama dengan pihak swasta dan negara timur tengah. Bantuan dari masyarakat dan perantau, termasuk donasi via nada sambung hanya berjalan untuk tahap pertama pembangunan. Adapun bantuan dari luar negeri, pemerintah Arab Saudi telah berencana mengirimkan bantuan untuk mendukung pembangunan masji pada tahun 2009. Namun, bantuan Arab Saudi bernilai 50 juta dolar Amerika Serikat datang bersamaan dengan gempa bumi sumatera Barat 2009 sehingga pemerintah melalui badan perencanaan pembangunan nasional mengalihkan peruntukan bantuan untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi di Sumatera Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar